DAMAI SEJAHTERA
DAMAI SEJAHTERA
Bagaimana rasanya menjadi orang yang lapar? Bukan hanya sekali, tapi terus-terusan merasa lapar? Statistik menunjukkan bahwa ada sepertiga penduduk dunia yang hidup dalam kemiskinan dan sangat sering merasakan lapar karena ketidak berdayaan yang mereka miliki. Umumnya orang menjadi miskin karena kemiskinan alami dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat sumber daya alam (SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang berkompeten dalam penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut.
Pengertian Damai Sejahtera
(1). Ayat 1-13 memuat janji-janji
berkat dan penyertaan Allah bila bangsa Israel taat dan menjalankan
perintah-perintah-Nya. Hal ini terlihat dalam ayat 6:“Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan
tidak dikejutkan oleh apa pun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri
itu, dan pedang tidak akan melintas di negerimu.”
(2). Ayat 14-39 memuat
peringatan akan penghukuman Allah jika bangsa Israel lalai atau menyimpang dari
perintah-perintah Allah. Peringatan ini kita temukan dalam ayat14-19“Tetapi jikalau kamu tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala perintah
itu,...maka ... Aku akan mendatangkan kekejutan atasmu... Aku sendiri akan
menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu,
... Aku akan lebih keras
menghajar kamu sampai tujuh kali lipat karena dosamu, ... dan Aku akan
mematahkan kekuasaanmu yang kaubanggakan dan akan membuat langit di atasmu
sebagai besi dan tanahmu sebagai tembaga.”
(3). Ayat 40-46 berisi
janji-janji Allah untuk mengampuni dan menerima mereka kembali sebagai
umat-Nya. Allah itu setia, dan selalu ingat akan perjanjian-Nya dengan leluhur
Israel. Seperti yang dikatakan Allah, “Tetapi
bila mereka mengakui kesalahan mereka dan kesalahan nenek moyang mereka dalam hal berubah setia yang dilakukan mereka
terhadap Aku ... maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan Yakub; juga
perjanjian dengan Ishak dan perjanjian-Ku dengan Abraham pun akan Kuingat dan
negeri itu akan Kuingat juga”(ayat 40-42).
Sebetulnya, dengan
menghayati bacaan tadi, kita tahu bahwa hidup taat dan setia kepada Allah
adalah pilihan yang selalu harus diambil: tidak bisa tidak, sebagai umat Allah
kita harus berlaku setia kepada-Nya. Namun, sejarah menunjukkan bahwa bangsa
Israel bukanlah umat yang setia kepada Allah mereka. Berkali-kali mereka jatuh
pada penyembahan dewa-dewa yang dilakukan oleh bangsa-bangsa bukan Israel.
Mereka berpikir bahwa penyembahan berhala seperti itulah yang justru membawa
damai sejahtera, padahal sebaliknya yang mereka terima. Untuk setiap kejatuhan
dalam hal kesetiaan, Allah menghukum bangsa Israel.
Bob Deffinbaugh (baca:
“Definbo”) mengatakan bahwa Imamat 26 sangat penting bagi kita karena lima hal
berikut.
1. Ini adalah teks kunci untuk memahami sejarah Israel. Peringatan-peringatan dalam Imamat adalahkerangka sejarah Israel.
2. Menjadi kunci bagi kita untuk memahami pesan para nabi Israel.
Janji penyelamatan dan pemulihan Israel juga kita temukan berakar dalam kelima
kitab pertama Alkitab, yaitu Pentateukh.
3.
Prinsip-prinsip yang ada di balik janji berkat dan kutuk masih
berlaku di masa kita sekarang.
4. Mengandung banyak pengajaran untuk orangtua dan semua orang yang
bertugas mendisiplinkan orang lain.
5. Tidak hanya mengandung peringatan, tetapi juga pengharapan yang besar di dalam Alkitab.
Apa yang kita temukan dalam uraian di atas ialah bahwa kesejahteraan (syalom) Israel berkaitan erat
dengan ketaatan hidup mereka kepada Allah dan perintah-perintah-Nya. Apabila Israel tidak setia,
maka Allah tidak segan-segan akan menghukum mereka, menyerahkan mereka kepada musuh-musuh
mereka, membuat tanah Israel menjadi tidak subur dan sulit ditanami (“langit di atasmu sebagai besi
dan tanahmu sebagai tembaga”). Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa damai sejahtera Allah itu
hanya dapat terwujud apabila ada kesetiaan kepada Allah yang disertai kerelaan untuk menjalani
perintah-perintah dan hukum-hukum-Nya.
Pada bacaan kedua, Yohanes 14:23-31, kita menemukan janji Tuhan Yesus untuk memberikan damai
Nya kepada kita. Janji ini diucapkan-Nya menjelang kematian-Nya di kayu salib. Yesus sadar bahwa
sebentar lagi Ia akan meninggalkan dunia dan murid-murid-Nya. Oleh karena itu, Ia menjanjikan Roh
Penghibur yang akan menyertai para murid dan semua orang percaya. Tugas Roh ini adalah
“mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan ... mengingatkan kamu akan semua yang telah
Kukatakan kepadamu.” (ayat
26).
adalah mengasihi Dia, yang harus kita buktikan lewat ketaatan kita untuk menuruti firman-Nya dan
Bapa-Nya (ayat 23-24). Ketaatan kita itulah yang akan memberikan kepada kita damai sejahtera-Nya
(ayat 28).
Secara singkat, dapat kita simpulkan bahwa baik Imamat maupun Injil Yohanes mengingatkan kita bahwa ketaatan untuk melakukan apa yang telah diperintahkan Tuhan kepada kita akan menghadirkan damai sejahtera. Dengan kata lain, damai sejahtera tidak akan hadir begitu saja kecuali melalui kerja keras kita dalam memberlakukan kehendak Allah di dalam seluruh kehidupan dan keberadaan kita, baik secara pribadi maupun sebagai gereja.
Memahami makna syalom
Belakangan ini sering
terdengar orang Kristen yang mengucapkan kata “syalom” sebagai ungkapan
salamnya. Tampaknya praktik ini dilakukan untuk menanggapi kebiasaan serupa
yang dilakukan oleh saudara-saudara kita yang beragama Islam, yang mengucapkan
“assalam mu’alaikum” kepada sesamanya. Tapi apakah arti kata “syalom” yang
sesungguhnya, dan apa artinya jika kita mengucapkan kata itu kepada sesama
kita? Apa yang kamu pahami sebagai “damai” atau keadaan damai?
Kata syalom dalam bahasa Ibrani biasanya
diterjemahkan menjadi ”damai” atau ”damai sejahtera”. Dalam bahasa Yunani,
bahasa yang digunakan dalam penulisan Perjanjian Baru, kata ini diterjemahkan
menjadi eirene. Kata syalom atau “damai sejahtera” sering
dipergunakan untuk memberikan salam kepada
sesama. Dalam bahasa Ibrani orang mengucapkan syalom aleikhem, yang artinya “damai sejahtera bagimu”. Ucapan ini
dijawab dengan kata-kata aleikhem syalom.
Kata ini mirip sekali dengan kata “salam alaikum” atau “assalamu
alaikum” dan “wa alaikum salam” dalam bahasa Arab, bukan? Kita tidak perlu
heran. Bahasa Arab memang berasal dari rumpun yang sama dengan bahasa Ibrani
seperti halnya bahasa Tagalog dengan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab kata syalom diterjemahkan menjadi salam, kata yang sama yang dipergunakan
dalam bahasa Indonesia yang sangat diperkaya oleh kosakata dari bahasa Arab
karena pengaruh agama Islam. Kata ini dapat kita bandingkan dengan salam Horas! di kalangan masyarakat Batak; Ya’ahowu! di dalam masyarakat Nias.
Di kalangan masyarakat
Yahudi, kebiasaan memberi salam seperti ini sangat lazim. Dalam Lukas 10:5
Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk memberikan salam ini apabila
mereka mengunjungi rumah seseorang. “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah
lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.” (Lukas 10:15). Salam ini juga
diucapkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia menampakkan diri-Nya ke tengah-tengah
murid-murid-Nya setelah kebangkitan-Nya: “Dan sementara mereka bercakap-cakap
tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan
berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Lukas 24:36). Dalam
ungkapan kata syalom aleikhem memang terkandung sebuah doa yaitu “kiranya damai
sejahtera menyertaimu.”
Sejauh ini kita sudah
membahas bagaimana kata “damai sejahtera” digunakan dalam kehidupan sehari-hari
bagi orang Yahudi. Tetapi, apakah arti “damai sejahtera” itu sendiri? Alkitab
menerjemahkan kata “syalom” menjadi “damai sejahtera”. Bukan semata-mata
“damai” saja, meskipun kata syalom itu sendiri memang berarti “damai” atau
“perdamaian”. Arti kata “syalom” memang jauh lebih luas daripada sekadar
“damai” saja. Berikut ini adalah sejumlah kata dan konsep yang digunakan untuk
menerjemahkan kata “syalom”, sehingga kita dapat membayangkan kekayaan makna
yang dikandungnya.
1.
Persahabatan
Syalom antara sahabat berkaitan dengan hubungan yang akrab (Zakharia 6:13). Dalam Mazmur 28:3 orang
diingatkan akan sahabat yang mulutnya manis, tetapi niatnya jahat:“Janganlah
menyeret aku bersama-sama dengan orang fasik ataupun dengan orang yang
melakukan kejahatan, yang ramah dengan teman-temannya, tetapi yang hatinya
penuh kejahatan.” Kata “ramah” di sini merujuk kepada ucapan yang penuh syalom. Dalam versi bahasa Inggris
penggunaan kata ini menjadi lebih jelas:
Do not drag me away with the wicked, with those who are workers of
evil, who speak peace with their
neighbours, while mischief is in their hearts. (New Revised Standard
Version)
Do not take me away with the wicked and with the workers of
iniquity, who speak peace to their
neighbors, but evil [is] in their hearts..
(New King James Version)
Dalam 1 Raja-raja 2:13
dikisahkan pula tentang Adonia yang menghadap kepada Batsyeba, ibu Salomo, dan
ditanyai, “Apakah engkau datang dengan maksud damai?” Ia
menjawab,“Ya, damai!” Namun pada kenyataannya
tidak demikian. Ia datang dengan niat jahat.
2.
Kesejahteraan
Kata syalom juga berarti kesejahteraan yang
menyeluruh, termasuk kesehatan dan kemakmuran yang semuanya berasal dari Tuhan.
Hal ini dapat kita temukan dalam 2 Raja-raja 4:26 ketika hamba Elisa bertanya
kepada perempuan Sunem dalam cerita ini, “Selamatkah
engkau, selamatkah suamimu,
selamatkah anak itu?”Dalam bahasa aslinya, bahasa Ibrani, pertanyaan ini berbunyi, “Apakah engkau
memiliki damai [sejahtera]?” Maksud pertanyaan ini mirip dengan menanyakan
kesejahteraan orang lain seperti dalam pertanyaan, “Apa kabar?” Maksudnya tentu
bukan hanya sekadar menanyakan berita tentang orang yang dimaksudkan, melainkan
menanyakan keberadaan menyeluruh orang tersebut.
Hal serupa diungkapkan
oleh pemazmur dalam Mazmur 38:4 ketika ia meratap: “Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah-Mu, tidak ada
yang selamat pada tulang-tulangku oleh karena dosaku”. Maksud pemazmur,
dosa-dosanya telah mengganggu dirinya sehingga ia tidak memiliki syalom, kedamaian, di dalam dirinya.
Oleh karena itulah ia mengatakan, “tidak ada yang sehat pada dagingku”, karena syalom memang mempengaruhi kesejahteraan
bahkan juga kesehatan dan kedamaian dalam diri seseorang.
3.
Keamanan
Dalam Hakim-hakim 11:31,
Yefta mengucapkan kaulnya bahwa bila ia kembali dari medan perang “dengan
selamat” (dengan aman, dalam syalom), maka makhluk pertama yang keluar dari
pintu rumahnya untuk menemuinya akan
dipersembahkannya kepada Tuhan sebagai korban bakaran.
Dalam Yesaya 41:3, Tuhan
berbicara tentang utusan-Nya yang akan mengalahkan lawan-lawannya. “Ia akan mengejar mereka dan dengan selamat (dengan syalom) ia melalui jalan
yang belum pernah diinjak kakinya.”
Dalam kitab yang sama,
Yesaya juga melukiskan hubungan antara hidup yang benar di hadapan Allah yang
akan menghasilkan keamanan dan ketenteraman. Yesaya melukiskan demikian, “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan
akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.
Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di
tempat peristirahatan yang aman.(Yesaya 32: 17-18)
Dalam Perjanjian Baru,
Yesus mengatakan, “Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata
menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah [en
eirene – bhs. Yunani]segala
miliknya.” (Lukas 11:21)
4.
Keselamatan
Akhirnya kata syalom juga digunakan dalam kaitan
dengan “keselamatan”. Dalam Yesaya 57:19 dikatakan, “Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka
yang jauh dan bagi mereka yang dekat -- firman TUHAN -- Aku akan menyembuhkan
dia!” Berita “damai sejahtera”
yang diberitakan berkaitan erat dengan kesembuhan yang Tuhan janjikan.
Keselamatan yang utuh dapat dilihat dari penggunaan kata “damai sejahtera”
dalam hubungannya dengan “keadilan” (Yesaya 60:17) atau seperti dalam Mazmur
85:11 yang menyatakan “Kasih dan
kesetiaan akan bertemu, keadilan dan
damai sejahtera akan bercium-ciuman.”
Hubungan antara keselamatan
dan perdamaian menjadi lebih jelas lagi apabila kita melihat bagaimana
Perjanjian Baru memaknai karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus,
Tetapi sekarang di dalam
Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan
yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya
sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan
ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam
diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan
keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan
perseteruan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan
damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang
“dekat”, karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk
kepada Bapa.
(Efesus 2: 13-18)
Di sini jelas bahwa
keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus bagi kita telah menciptakan juga
pendamaian antara orang-orang yang dahulunya “jauh” dan saling terasing serta
bermusuhan. Keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus adalah keselamatan
yang utuh, yang meliputi kehidupan jasmani dan rohani, yang mencakup masa depan
tetapi juga berlaku di masa kini dan sekarang juga.
Uraian di atas telah
menggambarkan secara lebih luas dan mendalam apa yang dimaksudkan dengan
memberlakukan apa yang Allah kehendaki di dalam hidup kita seperti yang telah
kita lihat dalam Kitab Ulangan dan Injil Yohanes. Kita sudah melihat bahwa
damai sejahtera bukanlah sesuatu yang akan hadir secara otomatis di dalam hidup
kita, melainkan harus kita upayakan dengan kerja keras dan kesungguhan.
Dalam liturgi sejumlah
gereja ada kalanya kita menemukan salah satu bagian ketika jemaat saling
mengucapkan “salam damai” atau “damai Kristus besertamu” setelah pemberitaan
pengampunan dosa. Mengapa mereka melakukan hal ini? Apakah makna yang ada di
balik tindakan ini?
Pemberian salam dan
pengucapan “salam damai” atau “damai Kristus besertamu” adalah sebuah tindakan
yang menggambarkan hasil pendamaian yang telah dikerjakan oleh Tuhan Yesus
Kristus bagi manusia. Setelah kita menerima berita pengampunan dan pendamaian
dari Tuhan, hubungan kita dengan sesama kita pun dipulihkan kembali. Karena
itulah kita saling mengucapkan “salam damai” atau “damai Kristus besertamu”.
Ucapan “salam damai”
atau “damai Kristus besertamu” juga mengandung doa dan pengharapan bahwa kita
dan sesama orang percaya boleh ikut serta di dalam karya pendamaian yang telah
dikerjakan oleh Tuhan Yesus. Oleh karena itulah, dalam Kolose 3:15 dikatakan: “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah
kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh.” Apakah arti kata-kata ini?
Pertama, Kristus telah
memperdamaikan kita dengan sesama. Oleh karena dosa, kita hidup dalam
permusuhan dengan sesama kita. Dosa telah membuat kita hidup egois,
mementingkan diri sendiri dan tidak peduli akan orang lain.
Berikutnya, dengan
pendamaian-Nya, Kristus mengajarkan agar kita hidup dalam satu tubuh yang
disebut gereja. Inilah panggilan kita sebagai gereja Tuhan. Gereja diharapkan
oleh Tuhannya untuk hidup dalam kesatuan. Sayangnya, gereja justru seringkali
hidup dalam perpecahan. Oleh karena itulah, Kolose 3:15 mengingatkan kita agar
terus hidup dalam satu tubuh, sehingga sebagai gereja dapat terus menjadi saksi
bagi damai sejahtera Yesus Kristus.
Pemahaman Diri
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut untuk mengetahui sejauh mana kamu memahami makna
damai sejahtera.
1. Apakah arti “syalom” atau “damai sejahtera” dalam hidup kita?
Adakah perubahan dalam pemahaman tentang damai sejahtera yang kamu miliki
antara sebelum dan sesudah mempelajari bahan pelajaran ini? Apa saja perubahan
yang kamu temui atau rasakan?
2.
Dalam cara apakah “damai sejahtera” dapat hilang dalam hidup
manusia? Apa yang terjadi apabila manusia tidak memiliki “damai sejahtera”?
3. Jika kamu mengucapkan “syalom” kepada sesamamu, tanggung jawab
apakah yang ada pada pihakmu untuk memastikan bahwa teman yang kamu sapa itu
benar-benar dapat merasakan “damai sejahtera” yang penuh?
4. Dalam cara apakah kamu dan teman-temanmu di kelas dapat ikut
terlibat dalam menghadirkan “damai sejahtera” kepada orang-orang yang hidup di
sekitar kalian?
5.
Sebutkanlah kegiatan yang dilakukan oleh
gerejamu untuk mengurangi rasa lapar orang-orang miskin di daerahmu.
Doa dari Jamaika
Jagalah agar gerejamu
tetap bebas, ya Tuhan, agar ia boleh menjadi saluran
agar
lewat dia mengalirlah keadilan dan perdamaian,
integritas
dan keutuhan,
keselarasan
dan niat baik
kepada
mereka yang tidak punya apa-apa dan yang putus asa,
agar kiranya Kerajaan-Mu
boleh datang dalam segala kepenuhannya dengan kehidupan dan sejahtera dan perdamaian,
melalui Yesus Kristus Tuhan kami
(sumber
tidak dikenal, dikirim oleh Pdt. John Carden)
Rangkuman
Memahami arti damai
sejahtera akan menolong kita untuk lebih mengerti bagaimana caranya mengukur
apakah suatu komunitas atau jemaat memiliki damai sejahtera dan
memberlakukannya di dalam hidupnya sehari-hari. Jikalau kita memberlakukan
kehendak Allah maka damai sejahtera Allah akan hadir di dalam hidup kita.
Komentar
Posting Komentar